Minggu, 11 April 2010

Sepak Bola Kampung Teleng


Sekitar tahun 1980 an, tepatnya di Kelurahan Kampung Teleng Padangsidimpuan, terdapat 3 (tiga) club sepak bola yaitu: FC. Abadi PIB, FC. Tornado dan PSKS Sungai Jariang. Waktu itu ketiga club tersebut sangat disegani baik tingkat Kelurahan, Kecamatan maupun Kabupaten, se Tapanuli Selatan.

Lapangan bola/stadion tempat bermain/latihan ada 2 (dua) : Stadion Naposo dan Lapangan Bola Sidangkal. Kebiasaan generasi muda pada saat itu, setiap hari libur sekolah, setelah selesai azan subuh, berkumpul ramai-ramai, sambil bersiul-siul, bersaut-sautan memanggil teman-teman yang belum bangun, karena untuk bermain bola kesempatan mendapatkan lapangan pertama kali ditentukan oleh siapa/kesebelasan/club mana yang cepat sampai ke lapangan. Karena club sepak bola masa itu sangat banyak yang ingin bermain di kedua lapangan tersebut, selain club sepak bola di Kampung Teleng masih banyak bertebaran di Kelurahan lainnya di Kota Padangsidimpuan, seperti FC. Spider di Kampung Jawa dan FC. Puja Kesuma di Ujung Padang.

Kamis, 01 April 2010

"Padangsidimpuan, Surga Kuliner Tradisional"

Kota Salak Padangsidimpuan yang terletak di Provinsi Sumatera Utara tidak hanya kaya akan wisata sejarah dan alam, tetapi juga memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata kuliner karena di wilayah ini banyak dijumpai keanekaragaman jenis makanan dan minuman yang bisa menjadi daya tarik pariwisata.

Wisatawan yang berkunjung ke daerah ini dapat menikmati menu beranekaragam. Khusus pada pagi hari ditiap-tiap sudut Kelurahan Kampung Teleng tepatnya di Jl. Prof. H. Muhammad Yamin terdapat lontong sayur, sate dan nasi ramas yang sangat nikmat dan gurih.

Lontong sayur, olahan makanan ini tak jauh-jauh dari model lontong sayur kebanyakan. Bedanya, cita rasa dan penambahan lauk yang membuat lontong Padangsidimpuan jadi istimewa. Dalam seporsi lontong, ada sayur nangka atau gulai kacang merah ditambah tempe diiris-iris kecil-kecil, bihun, bumbu pecal, kerupuk singkong balado, Sambal teri, kering kentang dan tauco, bahkan ditambah lauk lagi telor balado dan rendang daging, seperti lontong sayur Kosgoro, lontong sayur Kak Jaharo serta lontong sayur Kak Murni.

Ada juga sate yang dapat dinikmati di Buffet Nauli di Jl. P. Lumumba depan eks bioskop Tapanuli, yaitu sate Si Baci dan sate kuah kacang. Sementara soto dan es tebak/es teler kita dapat nikmati di Pasar/Pajak Batu belakang Kantor Pos Polisi Lalu Lintas Kota Padangsidimpuan.

Menu sore, kita dapat menikmati pecal Uwak Gareng di Sigiring-giring dan soto Partapean di Silandit serta kedai kopi Warung Gantung di Kelurahan Kampung Teleng, kedai kopi Sentosa dan kedai kopi Bahagia di Jl. M.H. Thamrin. Untuk menu malam hari bisa dijumpai masakan selain lontong sayur Matahari, ada juga Nasi Rakyat yang murah meriah di Jl. Dr. Wahidin, juga nasi goreng Buffet Anda dan mie goreng ala Buffet Alisa yang terletak di Jl. Merdeka.

Makanan khas Padangsidimpuan dari kelompok ikan adalah ikan sale. Ikan sale adalah yang diolah dengan asap, ada ikan mas, ikan jurung (bentuknya seperti ikan bandeng), limbat (lele), haporas (bentuknya seperti ikan mujair yang baru lahir), haruting (ikan gabus), tikkalang (bentuknya seperti lele tapi berbeda spesies) dan jenis belut, semuanya ikan ini diambil dari sungai dan disale dengan cara ditaruh di atas panggangan yang berjarak sekitar setengah meter dari kayu bakar. Agar matang hingga sampai ke dalam daging dan tulangnya, ikan diasapi semalaman. Setelah sebelumnya ikan dibersihkan dan dibuang isi perutnya. Hingga sampai ke tulangnya, ikan sale bisa disantap habis, karena empuk seperti hasil presto dan makanan khas ini tidak bisa dipisahkan dengan gulai Bulung Gadung Naiduda (daun singkong yang ditumbuk) beserta sampal Tuktuk (sauce) yaitu jenis sambal original asli tanpa kimiawi dapat ditemukan diberbagai warung-warung yang memiliki makanan khas Padangsidimpuan seperti warung Kak Lepot dan Kak Tuti di Jl. H. Agung Salim.


Padangsidimpuan juga memiliki aneka makanan tradisional yang rasanya tidak pernah dilupakan oleh penduduk asli setempat baik penduduk asli yang bermukim di daerah lain. Makanan itu tak lain adalah Semaca, sajian tradisional yang menurut penduduk setempat disebut dengan nama Ikan Mas Holat. Disajikan dengan bumbu khas ala tradisional. Rasa ikannya yang manis dibumbui dengan semacam kuah penyedap rasa yang dipadukan dengan asam. Sajian ini akan lebih bernuansa Padangsidimpuan karena juga disajikan dengan sambal asam dan Pakkat yaitu pucuk rotan muda yang dibakar atau diasapi lalu dijadikan pelengkap sajian dengan nasi yang aromanyapun wangi dan mengundang selera.

Sajian masakan tradisional ini dapat kita temukan kenikmatannya di sekitar pinggiran kota. Misalnya rumah makan Angin Berhembus dan rumah makan Paranginan di daerah Siadabuan. Tempat yang sama juga terdapat di daerah-daerah lainnya, yang rasanya nikmat. Dengan memandang areal persawahan dan hembusan angin, tentu penjelajahan menikmati makanan enak ini merupakan sebuah pengalaman yang begitu mengesankan. Juga mengundang selera bagi penikmat cita rasa makanan dan didukung oleh alam yang subur.

Bagi yang ingin menyicipi makanan dan menikmati keindahan Kota Padangsidimpuan, silahkan datang ke kota ini. Di sana kita akan mendapatkan suguhan tempat berwisata yang menawan hati kita yang mengunjunginya, serta tidak lupa membawa pulang oleh-oleh khas daerah seperti Lemang, Alame (dodol), kerupuk sambal balado Kak Inun dan Karak Koling (88) Parak Karambia di Jl. Slamet Riyadi.

Minuman khas Padangsidimpuan banyak terdapat di pusat kota, seperti es cendol dan es campur yang begitu nikmat dan menyegarkan. Minuman ini memang hampir sama dengan es campur biasanya, bedanya es campur ini menggunakan sari kacang hijau dengan gula merah sebagai pemanisnya. Disamping itu terdapat minuman Sipode (bandrek susu ditambah telor) serta goreng-gorengan gurih ala Malim Mandaharo di samping Hotel Anata Padangsidimpuan.

Kamis, 25 Maret 2010

Tabagsel "Multi Wisata Yang Masih Terpendam"

Sumatera Utara, selain terkenal dengan Danau Tobanya ternyata masih banyak menyimpan sejuta potensi wisata, baik wisata alam, budaya maupun sejarah yang dapat dijadikan sebagai pendapatan asli daerah (PAD), salah satu daerah yang menyimpan multi wisata tersebut ialah Tapanuli Bagian Selatan. Pasca pemekaran wilayah ini sekarang terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Pemko, yaitu Kabupaten Induk Tapanuli Selatan dengan ibukota Sipirok, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dengan ibukota Panyabungan, Padang Lawas Utara (Paluta) dengan ibukota Gunung Tua, Padang Lawas (Palas) dengan ibukota Sibuhuan dan Pemko Padangsidimpuan.

Kabupaten Tapsel:
kekayaan alam di daerah ini sangat melimpah ruah, salah satunya potensi Danau Siais yang berjarak sekitar 40 km dari Kota Padangsidimpuan, sayangnya tak banyak yang tahu di kawasan itu ada danau, air terjun dan ikan jurung dan aneka satwa liarnya. Konon menurut cerita masyarakat, ikan-ikan jurung itu merupakan peliharaan seorang syeh sejak jaman dahulu yang terus bertahan dan dilestarikan hingga kini, ikan-ikan itu tidak bisa diambil, apalagi dimakan. Jika melanggarnya akan kena bala. Keunikan ikan jurung itu selain hidup di anak sungai yang dangkal mereka tidak pernah pergi dan terusik oleh siapapun yang datang melihat kejinakannya. Selain itu masih terdapat Danau Marsabut di Kecamatan Sipirok, Danau Tao di Kecamatan Sosopan dan Kawasan Hutan Alam Batang Toru yang bernilai konservasi global dan bernilai ilmiah tinggi. Kawasan ini diperkirakan merupakan transisi biogeografis antara kawasan Danau Toba bagian utara dan selatan. Tingginya nilai kekayaan dan keunikan hayatinya ditunjukkan dengan fenomena keberadaan 60 jenis satwa liar.

Kabupaten Palas dan Paluta:
Daerah ini sepanjang lembah aliran sungai Barumun hingga ke daerah pertempuran dengan sungai Batang Pane, terdapat situs-situs arkeologi berupa runtuhan bangunan candi. Adapun candi di sana di kenal dengan nama biaro, terbuat dari bata dan beberapa fragmen arca seperti: Biaro Si Sangkilon, Biaro Si Pamutung, Biaro Si Topayan, Biaro Pulo, Biaro Bahal 1, Biaro Bahal 2, Biaro Bahal 3, Biaro Tandiat 1 dan Batu Gana yang sangat menarik untuk diteliti para arkeolog maupun sejarahwan. Candi atau biaro yang bertebaran tersebut merupakan kekayaan budaya yang nilainya cukup tinggi, dan layak dijual sebagai objek wisata keberbagai negara. Promosi wisata budaya harus terus digencarkan untuk menarik minat wisatawan dalam maupun manca negara. Hanya sayangnya belum ada literatur memadai yang bisa didapat turis kalau mengunjungi candi-candi indah itu.

Kabupaten Madina: Salah satu karunia terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada masyarakat daerah ini adalah kawasan pantai yang cukup panjang kira-kira 170 mil. Pantai Natal termasuk sumberdaya alam yang banyak sekali manfaatnya. Pantai ini terletak di Kecamatan Natal, sangat potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari yang tidak kalah menariknya dengan kawasan wisata bahari di daerah Indonesia lainnya, selain pantai Natal masih terdapat pantai Sikara-kara, di tengah pantai ini terdapat Pulau Unggeh yang berarti unggas. Disebut Pulau Unggeh karena di pulau ini terdapat banyak jenis unggas atau burung. Pantai ini sangat indah dengan hamparan pasir putihnya, terlebih-lebih pada saat matahari terbenam. Selain pantai Natal dan Sikara-kara, di Kabupaten Madina objek wisata berpusat pada desa-desa yang berada di Kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) meliputi Sibanggor Jae, Sibanggor Tonga dan Sibanggor Julu, karena wilayah ini selain terdapat pemandian air panas juga pemandangan desa dari tempat yang tinggi terlihat begitu cantik dan semuanya masih tradisional dan alami termasuk rumah khas penduduk dengan gaya rumah panggung beratapkan ijuk serta tidak lupa dengan salah satu cerita yang diwariskan secara turun temurun yaitu "Legenda Sampuraga" nya.

Kota Padangsidimpuan:
dikenal sebagai kota transit yang menghubungkan wilayah Sumatera Bagian Utara dengan Sumatera Bagian Barat dan Selatan, juga dikenal dengan sebutan "Kota Salak" dan "Salumpat Saindege" (selangkah seirama atau seia sekata), masyarakatnya terdiri atas beberapa suku meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak dan Mandailing (Dalihan Natolu). serta penduduk seperti Minang, Aceh, Tionghoa bahkan "Pujakesuma" (Putera Jawa Kelahiran Sumatera) mempunyai budaya serta adat istiadatnya sendiri-sendiri, sebagai kota transit dan keaneka-ragaman etnis yang terdapat di Padangsidimpuan menjadi daya tarik dan pesona tersendiri karena di samping sebagai eks/bekas ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan terkenal juga dengan berbagai macam wisata kulinernya. Selain objek-objek wisata tersebut di atas, masih banyak wisata lain yang belum terjamah di daerah "Tapanuli Bagian Selatan", karena untuk mencapai objek-objek wisata itu salah satu kendala yang masih dihadapi sampai saat ini adalah masalah transportasi.

Becak Motor Sidimpuan


Sebuah perpaduan yang sempurna antara becak dan sepeda motor. Sebuah cerminan sikap ekonomi masyarakat yang rela berinvestasi mengubah sepeda motor yang merupakan kendaraan pribadi menjadi sebuah becak motor yang digunakan untuk mencari nafkah, sebuah inovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat transportasi yang cepat, aman dan murah. Becak motor pada umumnya adalah sepeda motor roda dua sebagai penggerak utama dan tambahan untuk penumpang (semacam sespan, yang menempel di samping kiri motor) dengan tambahan satu roda lagi. Jadi, becak motor pun beroda tiga, dan mampu memuat dua orang penumpang, menjadikan penampilannya mirip dengan motor perang yang digunakan di sekitar PD II, bentuknya mirip motor Harley Davidson. Bedanya dengan becak motor di Pulau Jawa, becak motor Sidimpuan ini, penumpangnya tidak di depan tempat duduknya, tetapi disamping. Becak motor di Padangsidimpuan bagaimanapun sudah menambah ciri khas kota, uniknya ada beberapa becak motor yang bagian belakangnya mirip seperti mobil. Becak motor merupakan sebuah usaha kreatif manusia, dia bisa mengantar penumpangnya kemana saja, sepanjang jalan yang dilaluinya bukan larangan untuk becak motor.